Senin, 15 Februari 2010

sapi bibit


BUDIDAYA SAPI BIBIT

Kebutuhan sapi bakalan untuk kereman di kabupaten Magetan masih belum tercukupi. Hal ini terbukti dari tingginya jumlah sapi bakalan yang didatangkan dari pasar hewan Ngawi, Tuban, Bojonegoro, Ponorogo, Nganjuk, Trenggalek dan Tulunggagung. Hal ini memberikan gambaran bahwa ketersediaan sapi bakalan di kabupaten Magetan masih sangat kurang yang berakibat langsung pada harga sapi bakalan dari kabupaten-kabupaten tersebut diatas.
Untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan saapi bakalan dari kabupaten lain tersebut, perlu dikembangkan usaha pembibitan sapi potong yang berkualitas untuk membantu meningkatkan jumalah populasi sapi potong sehingga dapat membantu pemenuhan kebutuhannya . selain itu dari sisi ekjonomi akan mampu merangsang peeternakuntuk meningkatkan jumalah kepemilikan ternak sapi potongnya sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatnya.
Tujuan utama budidaya sapi potong bibit adalah meningkatkan produksi, terutama anak. Tujuan kedua adalah daging sebagai hasil pengembangannya, dan tujuan ketiga sapi potong tersebut mempunyai fertilitas yang tinggi dengan masa hidup produktif yang panjang. Dalam mencapai tujuan tersebut perlu adanya penerapan Sapta Usaha Sapi Potong Bibit yang terdiri dari :
1. Penggunaan bibit yang baik
2. Pemberian pakan yang baik
3. Pengendalian penyakit
4. Perkandangan
5. Penerapan teknik reproduksi
6. Penengana pasca panen dan pemasaran
7. Menejemen usaha

A. Penggunaan Bibit yang Baik
o Syarat bibit yang baik adalah :
Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti: cacat mata, pincang, lumpuh kaki dan kuku abnormal serta tidak mempunyai kelainan tulang punggung juga cacat tubuh lain.
Semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormalitas ambing serta tidak menunujukkan gejala kemandulan.
Normal tidak cacat keturunan (kelainan genetik), mata cerah bulu halus dan mengkilat.
Bentuk fisik sapi bibit: Kepala pendek, bagian leher tebal, bentuk badan kompak dan persegi panjang, bentuk dada dalam, bentuk pinggang dan tulang kemudi lebar, posisi kaki tegak, kondisi badan sedang (tidak gemuk dan tidak kurus)
o Jenis-jenis sapi Eropa yang diminati peternak sebagai induk untuk mendapatkan keturunan (F1)
Charolais
Hereford
Shorthorn
Simmental
Friesian holstein
Limousin

Pemberian Pakan yang Baik
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan sari bibit ini adalah :
Kebutuhan bahan kering (BK) sapi adalah sebanyak 2,5 – 3 % dari berat badan
Kebutuhan hijauan segar untuk hidup pokok sebanyak 10% dari bobot badan dan kebutuhan konsentrat 1 – 1,5% dari berat badan
Kandungan protein kasar pakan 7 %, kadar TDN 61 %, serat kasar 18 %, calcium 0,21 %, phosphor 0,21 % dan kadar vitamin A 2800 IU/Kg BK

B. Pengendalian Penyakit
Untuk mendapatkan produktivitas ternak yang optimal sebaiknya dilakukan pengawasan dan pengendalian penyakit secara ketat. Pengawasan yang dimaksud adalah dengan mengadakan pencegahan terhadap penyakit, misalnya dengan menjaga sanitasi, higiene lingkungan dan vaksinasi. Bila ada ternak yang sakit harus segera dilaporkan kepada petugas kesehatan hewan untuk mendapatkan pengobatan. Hal ini termasuk pula pengobatan terhadap kelainan fungsi reproduksi.
Obat-obatan tradisional untuk meningkatkan kesehatan hewan
Beberapa obat tradisional yang telah diketaahui khasiatnya antara lain :
 Temu ireng ; untuk pencegahan endoparasit
 Kunyit ; untuk penirin panas
 Temu lawak ; untuk pencegahan gangguan dan pengobatan fungsi hati
 Kecap dan garam untuk meningkatkan nafsu makan sapi


D. Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal ternak ynag dibuat untuk memberikan perlindungan dan kenyamanan pada ternak, serta untuk memudahkan penanganan. Kandang berfungsi uytnuk melindungi ternak ternak dari gangguan luar dan mengurangi faktor yang dapat bertindak sebagai penyebabg timbulnya penyakit.
Untuk membuat kandang yang ideal perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut :
1. Letak kandang
 Terpisah dengan bagian perumahan (tempat tinggal manusia)
 Tidak dekat dengan sumber air, terutama tempat penampungan kotorannya
2. Ukuran kandang
 dibuat sesuai dengan rencana jumlah ternak yang akan dipelihara
 luas ruangan yang dibutuhkan untuk tiap ekornya adalah dewasa (1,5x2m2), anak (1,5x1m2)
3. Bahan Kandang
 Kuat dan murah
 Lantai dibuat lebih tinggi dari pada lingkungan sekitarnya dan diperkeras (Disemen)
 Lantai dibuat rata (tidak bergelombang) dan miring dengan kemiringan ringan (1-2%)
 Lantai yang kemiringan tinggi atau bergelombang sangat berbehaya untuk sapi bunting
 Atap dari bahan genting atau asbes
 Dinding dari bahan tembok atau gedek

E. Penerapan Teknik Reproduksi
Kegiatan Inseminasi Buatan dilakukan sebagai upaya untuk :
1. Peningkatan produktivitas ternak
2. peningkatan populasi/meningkatkan angka kelahiran
3. Peningkatan mutu genetika ternak
4. Memperluas lapangan kerja
Keberhasilan IB sangat tergantung pada 4 faktor yaitu :
- Petugas inseminator
- Peternak dalam mendeteksi dan melaporkan birahi ternaknya
- Status fisiologis ternak yang birahi
- Semen beku yang berkualitas baik





Bagan waktu yang tepat untuk melaksanakan inseminasi buatan
Terlalu cepat Baik Terbaik Baik Terlambat
Jam 0 6 9 18 24 29

Sebelum Birahi (18 jam) Sesudah birahi (10jam) Umur ovum
Birahi 6-10 jam
6-10 jam
Anjuran penentuan perkawinan yang tepat adalah :
1. Bila tampak estrus pada pagi hari, maka perkawinan IB dilakukan paling lambat sore harinya. Bila tampak estrus pada sore hari, maka perkawinan dilakukan paling lambat ± jam 10.00 pagi keesokan harinya. Perkiraan terjadinya ovulasi adalah kurang dari 18 jam.
2. pekawinan kembali setelah elahirkan sebaiknya dilakukan 60 hari setelah melahirkan.
Tanda-tanda sapi estrus adalah sebagai berikut :
- menjelang estrus mencium-cium atau menaiki sapi lain
- Vulva (alat kelamin luar) merah, bengkak, hangat (3 A –abang-abuh-anget) dan memgeluarka lendir
- Saat estrus : gelisah, nafsu makan menurun, menaiki sapi lain dan pupil mata terbuka
- Siklus estrus pada sapi 21 hari (18-24 hari) denga lama siklus estrus 12-28 jam (±18 jam)

F. Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran
Nilai jual sapi potong sangat subyektif karena masih dipengaruhi oleh :
1. Penjualan ternak karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi. Sehingga harga jatuh tanpa melihat kondisi ternaknya.
2. Masih lemahnya sistem pemasaran sehingga tungkat pendapatan peternak sapi potong rendah

G. Manajemen Usaha
Peningkatan nilai tambah dari teknologi budidaya sapi potong bibit adalah :
Pola pemeliharaan yang lebih efisien
Percepatan perkawinan
Pada sapi induk bisa didapatkan percepatan perkewinan kembali setelah beranak lebih awal 3-4 bulan, karena pedet disapi pada umur 3 bulan.

H. Pencegahan Penyakit

1. BRUCELLOSIS ABARTUS BANG ( penyakit keguguran menular; penyakit keluron)
Penyebab :
kuman brucella abortus

Masa Inkubasi:
tidak tentu, dapat berminggu-minggu sampai berbulan-bulan (23 hari – 230 hari).

Penularan :
kuman penyakit ini dapat masuk kedalam badan bersama-sama makanan dan minuman. kadang-kadang dapat juga terjadi penularan melalui sapi pemacek pada waktu perkawinan.

Gejala Spesifik:
adanya radang dari alat kelamin, terjadinya keguguran dan kemungkinan terjadinya sterilitas.

Gejala Umum :
- keguguran biasanya terjadi pada pertengahan masa bunting
- terjadi mastitis
- pembengkakan pada siku dan lutut kaki
- penurunan produksi susu
- bila terjadi keguguran maka pedet yang dilahirkan sangat lemah
- sering terjadi retensio secundinarium, yaitu keluarnya plasenta setelah melahirkan tapi hanya sebagian saja; hal inilah yang mengakibatkan sterilitas.

Pencegahan Dan Pengobatan :
tindakan higienis :
- memisahkan sapi yang sakit dari sapi yang sehat
- bila diduga adanya brucellosis, cegah kontak langsung melalui alat makanan, minuman dan padang rumput atau hewan-hewan sehat dari hewan tersangka sakit.
- foetus harus ditanam atau dibakar
- pemeriksaan terhadap hewan yang baru datang atau baru dibeli
- adakan pemeriksaan kesehatan ternak secara teratur
- air susu sapi yang menderita penyakit ini tidak boleh diminum manusia, setelah dimasak dapat diberikan kepada pedet.
vaksinasi :
- vaksinasi menggunakan vaksin “strain 19” (strain buch) terutama pada sapi muda umur 4 – 6 bulan. untuk sapi kurang dari 4 bulan belum boleh divaksin
pengobatan :
belum diketahui suatu cara pengobatan yang efektif terhadap penyakit ini.

2. BLOAT (kembung perut)

Penyebab :
gangguan pencernaan karena gas didalam perut tidak bisa keluar. penyakit ini terjadi karena :
- karena proses fermentasi yang terlalu cepat sehingga membentuk timbunan gas yang cukup banyak dalam perut.
- terjadi karena sapi yang lapar makan makanan jenis leguminose yang masih basah akibat embun pagi atau air hujan
- pergantian jenis makanan tertentu yang dapat menghalangi aktivitas rumen secara wajar sehingga gas yang dihasilkan menekan pernafasan menyebabkan hewan mati lemas.

Gejala :
- lambung pada sisi kiri bagian atas membesar dan menjadi sangat kencang sehingga berbunyi apabila dipukul dengan jari
- pernafasan berat dan kontraksi rumen kuat sehingga sapi sring terhuyung-huyung dan sebentar sapi berbaring dan berdiri

Pencegahan Dan Pengobatan :
- jangan membiarkan sapi yang sedang tumbuh lapar dan langsung diberi makanan leguminose yang masih basah. perbandingan yang paling baik untuk pakan adalah 50 % leguminose dan 50 % rumput.
- memberikan jerani kering terlebih dahulu kepada hewan lapar karena jerami akan dapat mempertahankan kontraksi refleksi rumen secara normal.
- jika sapi menderita bloat, gas harus segera dikeluarkan dengan cara memasukkan pipa melalui mulut atau dengan menggunakan trocar atau canula.
- pengobatan yang dilakukan dengan memberikan antibiotik guna membasmi bakteri yang menghasilkan gas.

3. ANTRAX (radang limpa)
Penyebab :
bacillus anthracis

Masa Inkubasi :
1 – 2 minggu

Penularan :
melalui makanan, minuman, pernafasan serta kulit. sumber penularan dan penyebaran penyakit dapat berupa tanah yang sudah tercemar, air, tanaman yang tumbuh diatasnya, binatang kecil yang menggigit dan meghisap darah. kuman ini dapat membentuk spora sehingga dapat tetap hidup bertahun-tahun didalam tanah.

Gejala Spesifik:
adanya demam yang akut dan terjadi pembesaran limpa. pada sapi yang telah mati dari mulut, hidung keluar darah dan dari anus keluar kotoran yang berwarna hitam.

Gejala Umum :
- suhu tubuh tinggi
- pernafasan dan denyut jantung menjadi cepat.
- produksi air susu berhenti sama sekali
- sapi sulit buang kotoran tetapi diikuto diarhea yang berdarah

Pencegahan Dan Pengobatan :
- vaksinasi pada sapi dengan meggunakan vaksin max sterne. kekebalan timbul setelah 10 – 14 hari dengan dosis 1 cc.
- menggunakan anti antrax serum untuk dosis pencegahan 50 – 100 cc dan dosis 100 – 200 cc untuk penyembuhan.
- suntikan antibiotik
A. oxytetracicline : pada tingkat penularan diberikan 2 gr, selanjutnya 1 gr tiap hari sampai sembuh.
B. procain penicillin g. dosis 6000 – 10000 µgr/kg berat badan.





4. APTHAE EPIZOOTICA (penyakit mulut dan kuku)

Penyebab :
Virus

Masa Inkubasi :
3 – 6 hari

Gejala Spesifik :
luka atau lepuh pada selapu lendir mulut, kuku dan celah-celah kuku

Gejala Umum :
- demam pada sapi muda sampai suhu 40 – 41 oc selama 2 hari. pada hewan tua tidak begitu tampak
- pada selaput lendir mulut terjadi lepuh atau bengkak yang berisi cairan jernih. lama-lama cairan tersebut menjadi keruh keputih-putihan akhirnya pecah dan menjadi luka.
- hewan tidak mau makan dan dari mulut keluar air liur dengan konsistensi yang sedikit kental.
- tajuk kuku dan bola kuku bengkak merah dan terasa sakit sehingga hewan pincang.


Pencegahan Dan Pengobatan :
tindakan higienis :
- usahakan agar hewan sehat tidak kontak dengan hewan penderita atau hewan-hewan yang baru sembuh dan benda-benda yang tercemar.
- hewan yang baru datang perlu dikarantina paling sedikit selama 2 minggu.
- benda yang digunakan pada sapi yang sakit segera didesinfektan.
- sapi yang telah sakit parah supaya dibunh dan dibakar.
- air susu dari sapi yang sakit bisa diminum asal dimasak dulu.
vaksinasi :
- kekebalan akan timbul 2 minggu setelah divaksin dan lamanya kekebalan 6 bulan.
pengobatan :
merendam kuku pada larutan formalin dan larutan natrium karbinat 4 % sedang luka pada mulut dapat dibersihkan dengan larutan aluminium sulfat 5 %. untuk mencegat infeksi sekunder diberikan obat antibiotik.

5. TUBERCULLOSIS (tbc)

Penyebab :
microbacterium tuberculose

Sifat – Sifat :
- kuman tbc tahan terhadap kering
- dalam air bisa hidup lebih lama.
- dalam air susu dapat hidup 9 – 10 hari dan akhirnya mati karena terbentuknya asam susu
- sinar matahari dapat mematikannya dalam beberapa menit saja.

Masa Inkubasi :
bisa berminggu-minggu sampai berbulan-bulan

Penularan :
umumnya infeksi terjadi melalui pernafasan tapi kadang-kadang juga melalui pencernaan.

Gejala Spesifik:
ditandai dengan pembentukan bungkul-bungkul (teberkel) pada alat-alat dimana kuman tersebut berkembang.

Gejala Umum :
- nafsu makan turun sehingga hewan menjadi kurus
- bulu kusam, kering dan tidak megkilat.
- perlekatan kulit dengan tubuh tampak kendor
- sapi sukar bernafas dn batuk-batuk
- bila kuman tbc menyerang alat kelamin dapat menyebabkan sterilitas; bila menyerang susunan syaraf menyebabkan kelumpuhan dan bila menyerang alat pencernaan menjadi diarhea.

Pencegahan Dan Pengobatan :
- melakukan tes tuberculinasi secara teratur setiap tahun.
- sapi yang positif segera diisolir dari sapi yang sehat
- dapat diberikan antibiatik pada tingkat awal dan apabila sudah parah sapi tersebut lebih baik dimusnahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar